Pertemuan APNIC 58 diadakan di Wellington, Selandia Baru pada 3-6 September 2024. Ada lima (4) buah proposal yang lulus persyaratan untuk dibahas dalam rapat OPM (Open Policy Meeting) APNIC kali ini. Dari keempat proposal tersebut, tidak ada satupun yang berhasil berhasil mencapai konsensus. Satu proposal dibatalkan karena sudah dibahas beberapa kali OPM tanpa ada konsensus, dua proposal dikembalikan ke mailing-list agar didiskusikan lebih lanjut atau perlu dipresentasikan ulang pada OPM berikutnya, dan satu proposal lainnya diubah menjadi proposal yang bersifat informasional atau pelengkap saja karena pada akhirnya tidak ada kebijakan yang ingin diubah dari proposal tersebut. Untuk lengkapnya mengenai diskusi yang terjadi dalam OPM APNIC 58, mari kita lihat informasi detail dari masing-masing proposal.
Proposal ini menyarankan modifikasi kebijakan yang memungkinkan adanya transfer sementara antara pemegang rekening dalam sebuah routing registry untuk menghindari mekanisme leasing IP address. Kebijakan ini hanya berlaku untuk transfer intra-RIR, misalnya pemegang rekening APNIC dengan NIR, namun tidak untuk transfer inter-RIR, misalnya antara APNIC ke RIR lainnya. Proposal ini memperbaiki versi proposal sebelumnya karena menggunakan terminologi “leasing” yang menyebabkan kesalahpahaman, dimana kebijakan yang sekarang sudah jelas tidak memperbolehkan adanya mekanisme leasing IP address. Sebelum proposal ini dibahas, sekretariat APNIC memberikan beberapa komentar, yang diantaranya adalah syarat-syarat transfer tetap harus mengikuti persyaratan transfer permanen yang sudah ada, diperlukannya mekanisme operasional dalam APNIC untuk melakukan proses tambahan ini terutama dalam masalah penegakan persyaratan transfer, dan penyelesaian perselisihan diantara pihak penerima dan pemberi IP address. Kemudian dalam sesi diskusi, ada beberapa pertanyaan dan komentar yang diajukan dan sebagian besar tidak mendukung proposal ini. Yang mendukung beralasan bahwa proposal ini bagus untuk menghindari leasing tetapi perlu dijelaskan batasan waktu “temporary” yang dimaksud dalam proposal ini, karena tidak secara eksplisit dituliskan. Sedangkan yang tidak mendukung beralasan karena bisa saja transfer ini digunakan sebagai alasan bagi anggota untuk tidak ingin mengembalikan alamat IP yang tidak mereka gunakan kepada anggota yang lain untuk sementara waktu (yang seharusnya dikembalikan ke APNIC), dan nantinya bisa ditransfer kembali ke mereka apabila dibutuhkan. Selain itu ada yang beralasan bahwa sebenarnya nggak ada perbedaan antara transfer permanen dan sementara karena semuanya sudah diatur dalam kebijakan APNIC hanya perlu memperjelas durasi waktu transfer (bisa seterusnya atau dalam kurun waktu tertentu). Feedback dari komunitas menunjukkan bahwa banyak sekali yang menentang proposal ini, bahkan ada beberapa yang sangat menentang dan mengutarakan kembali setelah hasil feedback dari komunitas di umum kan. SIG OPM akhirnya memutuskan untuk menolak proposal ini dan menyarankan pada pihak yang mengajukan untuk mengajukan proposal yang baru untuk membahas mengenai hal ini.
Proposal ini menyarankan untuk menyesuaikan alokasi minimum IPv6 /32 karena adanya perbedaan alokasi minimum IPv4 dan IPv6 yang menyebabkan sebuah LIR (anggota APNIC setelah tahun 2019) akan membayar lebih (sekitar 30% berdasarkan perhitungan kalkulator APNIC) untuk mendapatkan alokasi minimum IPv6 dibanding ketika LIR mendapatkan alokasi minimum IPv4. Jika alokasi diubah menjadi /36 maka LIR tersebut tidak perlu membayar lebih untuk mendapatkan alokasi minimum IPv6. Proposal ini tidak dibicarakan lebih lanjut dalam OPM kali ini karena pihak yang mengajukan proposal tidak terdaftar dalam konferensi APNIC 58 (sebagai syarat agar proposal bisa dibahas) dan bahkan tidak bisa dihubungi sesaat sebelum OPM ini berlangsung. Oleh karena itu akan dikembalikan ke mailing list untuk ditindak lanjuti dari sana.
Proposal ini mengusulkan untuk mengalokasikan IPv6 /44 (tidak sesuai standar /48) untuk mereka yang masuk kategori untuk melakukan multi-homing agar ada beberapa subnet /48 yang bisa dialokasikan untuk melakukan koneksi untuk kedua lokasi dan ISP yang berbeda. Sesuai dengan aturan yang ada saat ini, siapa saja yang ingin melakukan multi-homing maka APNIC tidak akan menambahkan biaya untuk penambahan alokasi ini. Dalam sesi diskusi banyak sekali yang memberikan komentar baik yang mendukung, netral, atau tidak mendukung proposal ini. Yang mendukung beranggapan bahwa proposal ini akan sangat berguna untuk anggota yang ingin menerapkan multi-homing tanpa perlu melakukan konfigurasi routing yang rumit, namun alokasi IPv6 /44 masih sangat besar dan ada kemungkinan tidak begitu bermanfaat kalau hanya diperlukan untuk multi-homing. Yang netral beralasan bahwa sebenarnya anggota bisa meminta /48 yang lainnya untuk multi-homing dan sangat yakin bahwa APNIC akan mempertimbangkan untuk mengalokasikannya dengan alasan khusus. Sedangkan yang tidak mendukung (termasuk di antaranya adalah Bapak Teddy Affan Purwadi, salah satu pengurus IDNIC) menyatakan bahwa metrik alokasi IPv6 dan IPv4 berbeda sehingga tidak perlu dibuat padanan dalam masalah alokasinya, dan walaupun diberikan alokasi yang lebih besar dari /48 tetap saja harus dipecah untuk menjadi /48 untuk digunakan untuk beberapa koneksi upstream yang berbeda. Dari hasil polling yang dilakukan dalam diskusi ini, SIG OPM memutuskan untuk mengembalikan proposal ini ke mailing list karena tidak mencapai konsensus dari para anggota APNIC.
Proposal ini mengusulkan ada alokasi IPv6 khusus untuk IoT atau perangkat elektronik lainnya tanpa perlu mendapatkan alokasi IPv4 terlebih dahulu. Selain itu akan lebih mudah bagi APNIC untuk melakukan pelacakan penggunaan IPv6 di masa yang akan datang. Namun sebelum proposal ini dibawa ke OPM sudah terlebih dahulu oleh pihak yang mengajukan proposal. Kemungkinan ada beberapa alasan kenapa proposal ini ditarik karena banyak komentar di email yang menyatakan agar definisi diperjelas atau dimasukkan kedalam sebagai contoh kasus penggunaan. Selain itu sekretariat APNIC juga menyatakan bahwa proposal akan menyebabkan dampak yang besar kepada member yang lainnya (yang mungkin sudah mendapatkan alokasi tanpa menyebutkan detail penggunaannya untuk IoT), dan proposal ini tidak cukup membantu anggota APNIC untuk mengurangi biaya alokasi IPv6. Hasil akhir dari proposal ini adalah diubah menjadi proposal informasional saja karena pada dasarnya tidak ada kebijakan khusus yang perlu dirubah dari proposal ini. Penggunaan IPv6 untuk perangkat IoT dan elektronik lainnya sudah termasuk dalam kebijakan APNIC saat ini, dan tidak perlu merubah proses/mekanisme untuk mengkhususkan penggunaan ini. Oleh karena SIG OPM mengundang pihak yang mengajukan proposal untuk memberikan informasi tambahan tentang bagaimana IPv6 dapat digunakan secara khusus dalam industri perangkat IoT atau elektronik untuk berbagai kasus seperti identifikasi, tagging, dan pencarian lokasi dari perangkat tersebut.
Demikian laporan singkat dari OPM yang dilaksanakan dalam konferensi APNIC 58 yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di Wellington, New Zealand.
Sumber:
https://conference.apnic.net/58/program/program/index.html#/day/8/open-policy-meeting---policy-sig-1/
https://conference.apnic.net/58/program/program/index.html#/day/8/open-policy-meeting---policy-sig-2/