Dapatkan Info Terbaru

Tren Konektivitas dan Telekomunikasi Tahun Ini

Jan, 04 2024|Aris C. Risdianto

IDNIC Annual Member Meeting (AMM) 5 baru saja selesai pada bulan Desember lalu dan secara spesifik mengambil tema mengenai “Next Wave of Connectivity” dalam kaitannya untuk mendukung konektivitas global. Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita melihat kembali tren konektivitas dalam tahun ini dan beberapa tahun ke depan. Berikut empat trend konektivitas dan telekomunikasi yang dirangkum dari organisasi pembuat standar IEEE. 

Beyond 5G (6G termasuk O-RAN dan Wi-Fi)

Terlepas dari proses adopsi teknologi 5G yang sedang berjalan saat ini, sistem komunikasi seluler generasi berikutnya atau 6G telah dipersiapkan dan diharapkan dapat memiliki fitur-fitur yang berkontribusi dalam menciptakan nilai baru dan berkelanjutan, seperti konsumsi daya yang sangat rendah, keamanan dan keandalan yang sangat tinggi, otonomi sistem, dan skalabilitas. Selain untuk memenuhi kebutuhan saat ini dalam memperkuat konektivitas dan kinerja yang lebih baik, termasuk peningkatan adopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence - AI) dan pembelajaran mesin (machine learning - ML) dalam berbagai aplikasi di semua sektor industri, jaringan 6G di masa depan harus dapat menumbuhkan kepercayaan dan keandalan, serta kemampuan untuk memperluas dan/atau meningkatkan konektivitas ke wilayah-wilayah yang terpencil di seluruh dunia. 

Selain itu kemajuan teknologi seperti Open Radio Access Network (O-RAN) juga akan membantu menurunkan biaya keseluruhan jaringan komunikasi. Teknologi O-RAN memungkinkan inovasi pada seluruh aplikasi jaringan, termasuk didalamnya virtualisasi, software-defined networking (SDN), dan pemisahan bidang kontrol dan bidang pengguna (control and user plane), sehingga memungkinkan untuk mencapai tujuan dari konsep disagregasi jaringan.

Terakhir, perlu dilihat bahwa adanya kemajuan pesat dalam teknologi Wi-Fi dimana saat ini pengembangan standar Wi-Fi 7 sedang berlangsung dan diperkirakan akan dipublikasikan pada tahun 2024. Faktor pendorong permintaan akan teknologi Wi-Fi yang lebih cepat adalah keinginan untuk mendukung resolusi video dari kualitas 4K hingga 8K untuk aplikasi dengan throughput yang sangat tinggi dan latency yang rendah seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan komputasi awan.

Konektivitas Untuk Semua (Connectivity for All)

Saat ini, kita telah mencapai titik di mana sebagian besar orang menyadari bahwa konektivitas itu sangat penting dan ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan konektivitas termasuk Internet. Sudah banyak solusi inovatif dimanfaatkan untuk menyediakan pembiayaan tanpa keuntungan untuk menghadirkan akses broadband ke lebih banyak komunitas, khususnya di pedesaan-pedesaan dan komunitas-komunitas yang belum terjangkau konektivitas karena terhambat oleh alasan investasi bisnis untuk penyediaan layanan konektivitas yang komersial. 

Di beberapa bagian negara di dunia, ada kerjasama antara penyedia listrik dan utilitas regional untuk menyediakan koneksi broadband dan utilitas dalam meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang kritis. Namun secara global tingkat adopsi dari kerja sama seperti ini masih sangat tertinggal. Banyak daerah pedesaan di banyak belahan dunia masih belum terhubung seperti yang bisa kita lihat dua tahun ini pada saat atau setelah pandemi COVID-19. Oleh karena itu penggunaan sumber daya energi terbarukan untuk menggerakkan infrastruktur kritis di daerah-daerah tanpa listrik kini semakin diminati untuk dikaji dan diuji coba.

Ketahanan Sistem yang Terkoneksi (Sustainability in Connected System)

Seperti yang kita ketahui bahwa jaringan teknologi informasi atau IT mengkonsumsi energi paling banyak dalam sebuah proses pengiriman konten atau data dari sumber ke penerima. Dari sudut pandang penyedia layanan, modal dan biaya operasional merupakan pedoman perhitungan keuangan dalam investasi, dan semua biaya termasuk konsumsi energi ini harus dipulihkan agar dapat menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu saat ini mulai terlihat adanya peningkatan minat terhadap penggunaan sumber energi terbarukan untuk menggerakkan infrastruktur jaringan IT di wilayah-wilayah yang tidak tersedia listrik, sehingga memungkinkan adanya konektivitas Internet di wilayah-wilayah yang belum pernah terbayangkan sebelumnya untuk mendapatkan akses Internet.

Meskipun saat ini menara komunikasi seluler bertenaga surya sudah bisa ditempatkan di wilayah tanpa listrik. Namun operator penyedia layanan tetap terus berupaya untuk mengurangi biaya operasional, terutama dengan tuntutan infrastruktur yang lebih besar untuk mendukung teknologi 5G. Sehingga sumber energi terbarukan yang dapat digunakan untuk mengoperasikan tower dan base station tetap diperlukan untuk dapat mengurangi biaya energi operasional secara keseluruhan.

Cyber Security

Mengingat akan pesatnya perkembangan teknologi digital dalam kehidupan manusia sehari-hari dan dengan munculnya teknologi baru, maka data dan infrastruktur digital harus dilindungi, di mana pun data tersebut berada. Kita harus merencanakan dan mempersiapkan masa depan keamanan siber (cyber security) sekaligus mengelola persyaratan keamanan saat ini, sehingga dapat mendorong fokus kita dalam mengevaluasi dan memikirkan kembali arsitektur yang dapat meningkatkan keamanan siber dalam sistem digital kita. 

Proses pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, dan pengaliran data dalam jaringan harus dirancang ulang untuk mencapai arsitektur Zero Trust yang bertujuan untuk mengatasi ancaman dunia maya di semua tingkatan keamanan. Karena meningkatnya ancaman keamanan siber terhadap sistem komputasi dan komunikasi saat ini disebabkan oleh banyak faktor-faktor seperti berikut ini: 

  • Kemudahan dalam pembuatan dan transmisi data
  • Banyaknya tujuan dari berbagai aplikasi dan layanan yang berbeda
  • Adanya pengenalan teknologi, aplikasi atau layanan baru
  • Kemunculan atau pengembangan teknologi generasi mendatang
  • Model pengumpulan data secara terpusat

Sumber:
https://standards.ieee.org/beyond-standards/four-connectivity-and-telecom-trends-to-watch-in-2023/